Jumat, 03 Agustus 2012

Rekrutmen berdasarkan profil Facebook?

Sebuah perusahaan dapat mendapatkan pekerjanya dengan pola rekrutmen yang berbasiskan sosial media. Baru setahun kebelakang saya mendengar akan sebuah Media Sosial Jejaring (MSJ) LinkedIn, yang konon digunakan headhunters untuk merekrut berdasarkan data yang terpampang sebagai profil dinding sang buruan.

Data profil dalam akun LinkedIn sangat sarat akan informasi pribadi yang bersifat profesional, ditambah oleh sejarah interaksi dengan sesama kontak yang terpampang dengan terbuka, dan dapat diakses para headhunter sebagai pertimbangan yg matang dan efisien dibandingkan pola rekrutment menggunakan media koran, website perusahaan, ataupun website jasa pencari kerja seperti JobsDB dan Jobstreet yang membutuhkan biaya besar, belum lagi proses berikutnya seperti eliminasi dan interviewnya.

MSJ LinkedIn merupakan salah satu dari MSJ yang memposisikan dirinya sangat spesifik sehingga membentuk komunitas sosial berdasarkan kedekatan fungsi dibandingkan ekspresi sosial secara umum. MSJ kategori ini adalah MSJ kategori fungsional, yang menitik beratkan pada model kontent yang spesifik mulai dari bentuk:

  • konten fotografi seperti Flickr dan seni foto dan gambar seperti Pintrest
  • konten tulisan (status) seperti Twitter dan tulisan ulasan/umum seperti blogger/wordpress/tumblr
  • konten video umum seperti YouTube, video art seperti Vimeo
  • konten pencari posisi dan promosi lokasi keberadaan seperti foursquare
  • konten musik mainstreem seperti myspace dan berbagi musik/audio seperti soundcloud
  • konten kolaborasi pengetahuan seperti jaringan Wikipedia
  • konten penyimpan dokumen presentasi seperti slideshare
  • konten komunikasi interface seperti skype
  • konten aggregasi seperti google+
  • konten pengumpul /bookmarks dalam hal pencatat link berita seperti digg,
  • konten forum dan informasi seperti kaskus,
  • konten niaga seperti multiply
  • dan banyak lagi konten fungsional yang spesifik yang terus berkembang seiring perkembangan mengakomodasi komunitas-komunitas. 

Sedangkan kategori ke dua adalah kategori umum seperti Facebook, Twitter. MSJ kategori ini lebih menekankan publikasi komunikasi yang lebih bebas, penuh fitur, kemudahan penggunaan, perkembangan trend global, dan yang pasti adalah menjadi MSJ yang mainstream karena bisa dikatakan terlanjur memiliki pengguna/penduduk yang paling besar (Facebook dengan jumlah pengguna lebih dari 812 juta dan tersebar di 200 negara, dari total Jumlah Penduduk Dunia Diperkirakan Capai 7 Miliar Tahun 2011) maupun yang memiliki dampak/pengaruh besar (Twitter). MSJ ini sangat digandrungi karena memiliki elemen media sosial yang luas seperti:
  1. Connection/keterhubungan: Keterhubungan/teman/kontak yang secara natural menjadi besar, baik dalam hubungan sosial yang dekat maupun jauh, 
  2. Conversation/percakapan: Komunikasi percakapan personal dua arah (interpersonal  communication ) atau maupun pada jaringan (mass communication), 
  3. Content/konten: Berbagi konten antar persoal, mempublikasi konten personal, maupun berbagi konten publik,
  4. Context/konteks: Dalam konteks/lingkup yang homogen, seperti linkar keluarga, lingkar teman, lingkar sekolah/pekerjaan, lingkar aktivitas, lingkar hobi, dan lingkar penggemar. 
Hal ini mengakibatkan MSJ ini kerap kali dijadikan rujukan (akun sumber) dari semua MSJ yang spesifik sebagai link pembuka akun ditempatnya (sebagai identitas pembukaan akun tanpa harus kembali membuka nama dan password akun yang baru), dan juga keterhubungan dalam bentuk link eksklusif untuk saling berbagi konten antar MSJ tersebut.

Pertanyaannya adalah bagaimana perbandingan kelemahan dan kelebihan antara Facebook dan LinkedIn sebagai dasar rekrutmen kepegawaian/profesional? Dapatkah Facebook menjadi dasar rekrutmen kepegawaian/profesional, dan rekrutmen seperti apa yang dapat dilakukan melalui data Facebook?

Menurut analisa subjektif, berdasarkan pengalaman dan berbagai pengetahuan pribadi adalah sebagai berikut (Pembahasan) :
  1. Mungkin bagi yang sudah memiliki dan beraktivitas menggunakan akun LinkedIn dan Facebook secara menyeluruh (paham dan mengerti), maka akan segera menyimpulkan cepat bahwa Facebook jauh dibawah kemampuan LinkedIn dalam menyajikan data bagi para peng-rekrut, dalam mencari profesional yang sesuai dan mumpuni. Namun perlu diingat bahwa karena sifat dari LinkedIn yang sudah tertata spesifik ke sana, maka pengguna justru menata dan merapihkan tampilan sesuai dengan asumsi dan dugaan dari harapan peng-rekrut  (Teori Dramaturgi oleh Erving Goffman (1959) Presentation of Self in Everyday Life/panggung depan-panggung belakang). Artinya tampilan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga baik dan berkesan. Namun dalam Facebook yang berkategori umum, maka tampilan diri/self image yang terpapar lebih asli dan sulit direkayasa. Belum lagi ditambah ketehubungan Facebook yang lebih luas dibanding LinkedIn yang masih tergolong baru dan belum banyak dipakai orang, yang sekaligus dapat secara langsung membentuk citra kita apa adanya. Misalkan, bila sesungguhnya seseorang memiliki attitude tertentu, maka dapat terlihat dari komentar-kementar jujur orang-orang dalam lingkarannya. Namun hal ini pun masih dapat disanggah, karena ada sebagian orang yang cenderung memiliki kepribadian terpisah antara kebebasan berekspresi sebagai pribadi (lingkup kecil/privat) dan profesional (lingkup umum/publik). (Teori Liberalitas oleh Gaus (1996) Fundamental Liberal Principle yang mengatakan kebebasan adalah mendasar secara normatif)
  2. Dapat dengan catatan. Facebook dapat menjadi dasar rekrutment kepegawaian/profesional, dengan memiliki manfaat untuk melihat karakter dan kepribadian calon personil (data lunak) khususnya dalam bidang pekerjaan profesi non eksakta, namun dengan catatan yaitu dengan melihat juga profilnya di LinkedIn (bila ada) dan juga masih di tambahkan proses verifikasi data otentik personal, interview dan sebagainya (data kuat).
Demikian buah pemikiran dan penelitian pribadi hasil dari kontemplasi tentang dunia MSJ (Media Sosial Jejaring). Harapan dari pemikiran ini adalah dapat menjadi inspirasi bagi penelitian mendatang untuk membuktikan atau mematahkan asumsi subyektif saya.

Salam NampolAbis!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar